Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Mengajarkan Anak Mengenali Emosi: Kunci Kecil untuk Masa Depan yang Besar

Infobunda.id - Tahukah Bunda, bahwa mengajarkan anak untuk mengenal dan menyebutkan emosi yang mereka rasakan ternyata punya banyak manfaat? Misalnya, ketika kita berkata, “Bunda lihat adik sedih karena pulang dan nggak bisa main sama teman-teman lagi.”

Hal sederhana ini sebenarnya sangat membantu anak memahami perasaan yang sedang ia alami. Meski terdengar sepele bagi orang dewasa, langkah ini penting agar anak bisa belajar mengenali dan merespons emosinya dengan sehat.


Mengajarkan Anak Mengenali Emosi: Kunci Kecil untuk Masa Depan yang Besar



Sebagai orang dewasa pun, kita sering kewalahan saat dilanda emosi besar, entah itu saat marah, kecewa, atau bahkan ketika terlalu bahagia. Emosi bisa terasa begitu intens dan membuat kita bingung bagaimana harus bereaksi.

Hal yang sama juga terjadi pada anak-anak. Mereka juga mengalami perasaan yang kompleks, seperti marah, frustrasi, gembira, atau sedih. Bedanya, mereka belum memiliki kemampuan bawaan untuk menyebutkan atau memahami emosi itu.


Biasanya, kita memahami perasaan anak melalui ekspresi wajah, bahasa tubuh, atau tingkah laku mereka, karena anak belum mampu menjelaskannya secara verbal. Maka dari itu, penting bagi kita untuk membantu mereka mengenal emosi melalui kosakata, sekaligus memahami bagaimana perasaan tersebut muncul dalam tubuh mereka.


Proses ini bahkan bisa dimulai sejak bayi. Sejak lahir, bayi sudah menunjukkan ekspresi emosi, dan bagaimana kita meresponsnya akan membentuk kemampuan mereka kelak dalam mengelola emosi. Contohnya, saat balon meletus dan membuat si kecil menangis karena kaget, kita bisa menenangkannya sambil berkata, “Adik kaget ya? Suara balonnya keras banget, ya.” Respons seperti ini menjadi dasar penting bagi anak dalam memahami dan meregulasi emosinya.


Kenapa Anak Perlu Mengenali Emosinya?


Mungkin ada yang bertanya, seberapa penting sih anak mengenali emosinya? Ternyata, anak-anak yang mampu memahami, mengekspresikan, dan mengelola emosinya dengan sehat cenderung tumbuh menjadi pribadi yang lebih peduli, berempati, dan memiliki hubungan sosial yang lebih baik. Mereka juga biasanya lebih tahan terhadap stres, lebih percaya diri, dan memiliki citra diri yang positif.


Anak yang terbiasa divalidasi emosinya oleh orang tua pun akan merasa lebih aman untuk mengungkapkan perasaan. Hal ini sangat mendukung kesehatan mental dan fisik mereka, karena mengekspresikan emosi bisa mengurangi kecemasan. Sebaliknya, emosi yang dipendam berisiko menimbulkan keluhan fisik seperti sakit kepala. Maka, anak yang bahagia secara mental, cenderung lebih sehat secara fisik.


Bagaimana Cara Mengajarkan Anak Mengenali Emosinya?


Langkah awalnya bisa dimulai dari diri sendiri. Cobalah membiasakan diri untuk mengungkapkan perasaan yang sedang dirasakan di depan anak. Misalnya, saat sedang senang atau mengalami hari yang berat, sampaikan itu kepada anak. Hal ini menunjukkan bahwa memiliki dan menyampaikan emosi adalah hal yang wajar dan manusiawi.


Parents juga bisa menggambarkan bagaimana emosi itu dirasakan dalam tubuh, seperti, “Mama senang banget hari ini cerah, jadi kita bisa main di taman. Mama jadi pengen senyum terus, rasanya seperti ada kembang api di hati.” Anak-anak belajar banyak dari meniru, jadi apa yang kita lakukan akan menjadi contoh bagi mereka.


Rekomendasi Buku: 50 Aktivitas Mengasah Emosi Anak


Untuk memudahkan proses ini, buku “50 Aktivitas Mengasah Emosi Anak” karya Kusumastuti bisa menjadi panduan yang tepat. Buku ini sangat cocok bagi orang tua yang ingin mengembangkan kecerdasan emosional anak lewat kegiatan yang menyenangkan.


Diterbitkan oleh Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia), buku ini dikemas secara menarik dan penuh warna, membuatnya enak dibaca. Isinya mencakup berbagai topik mulai dari pengenalan emosi, regulasi emosi balita, hingga aktivitas yang dapat membantu anak memahami emosi dengan lebih baik.


Bagian menarik dari buku ini adalah 50 ide aktivitas yang mudah dilakukan, bahkan sejak bayi hingga usia balita. Aktivitasnya dirancang untuk membantu anak mengenal dan mengelola emosi seperti marah, sedih, atau senang dengan cara yang seru dan edukatif.


Beberapa aktivitas melibatkan permainan peran, menggambar, atau cerita-cerita sederhana yang dapat membangun koneksi emosional antara anak dan orang tua. Lewat kegiatan ini, anak tidak hanya belajar tentang emosinya sendiri, tetapi juga tentang empati dan memahami perasaan orang lain.


Bonus Tambahan yang Bermanfaat


Tak hanya berisi teori dan aktivitas, buku ini juga dilengkapi dengan bonus seperti poster "emotion wheel" yang membantu anak mengenali jenis-jenis emosi, serta tabel jurnal untuk mencatat emosi harian anak. Poster ini memperkenalkan anak pada berbagai perasaan yang mungkin mereka alami, sementara jurnal membantu orang tua memantau pola emosi si kecil.


Dengan bantuan buku ini, orang tua bisa lebih peka terhadap perubahan suasana hati anak dan memberikan pendampingan emosional yang tepat. Buku ini menjadi bekal yang lengkap—teori, praktik, dan alat bantu visual—untuk mendukung tumbuh kembang emosional anak.


Buku ini bisa didapatkan di toko buku atau dibeli secara online melalui Gramedia. Jadi kalau Parents ingin memperkuat ikatan emosional dengan anak sambil membantu mereka mengelola perasaannya, buku ini sangat layak untuk dimiliki!