Child Grooming Bukanlah Cinta: Bahaya, Modus, dan Cara Mencegahnya
Infobunda.id - Kontroversi yang menyeret nama Kim Soo Hyun masih terus bergulir dan menjadi sorotan dunia. Lewat kasus tersebut public juga dibuat penasaran dengan istilah child grooming.
![]() |
Ilustrasi Child Grooming Bukanlah Cinta: Bahaya, Modus, dan Cara Mencegahnya. (Instagram/ron_sae dan soohyunk_216) |
Child grooming sendiri adalah bentuk manipulasi psikologis yang dilakukan oleh pelaku terhadap anak-anak untuk mendapatkan kepercayaan mereka dengan tujuan eksploitasi, baik secara emosional, seksual, maupun finansial.
Kim Soo Hyun diduga telah memacari mendiang Kim Sae Ron ketika usianya masih di bawah umur. Hal ini membuat Kim Soo Hyun ramai dituding sebagai pelaku child grooming yang telah memanipulasi Kim Sae Ron.
Sayangnya, kasus child grooming tidak mudah untuk dideteksi. Hal ini karena pelaku sering menyamar sebagai sosok yang peduli dan perhatian. Bahkan tak jarang child grooming ini dianggap sebagai bentuk cinta karena adanya perhatian yang diberikan pada korban.
Oleh karena itu, orang tua wajib mencari tahu dan memahami secara lebih detail tentang child grooming sehingga dapat melindungi anak-anak dari ancaman ini.
Apa Itu Child Grooming?
Child grooming adalah proses ketika seseorang yang lebih tua atau berkuasa membangun hubungan dengan anak atau remaja untuk mengeksploitasi mereka. Proses itu umumnya terjadi dalam jangka waktu yang lama sehingga korban tidak menyadari bahwa mereka sedang dimanipulasi.
Pelaku grooming tidak harus orang asing, bahkan teman dari keluarga, guru, pemuka agama, atau selebriti pun dapat menjadi pelaku. Ironisnya sekarang, grooming tidak hanya terjadi secara langsung tetapi juga melalui media sosial, aplikasi perpesanan, dan game online lantaran adanya perkembangan teknologi yang pesat.
Modus Pelaku Grooming
Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh pelaku grooming untuk bisa mendapatkan kepercayaan dari korban. Jika kepercayaan sudah didapat maka itu akan digunakan pelaku untuk mengontrol korban.
Pelaku grooming akan berusaha membangun kepercayaan dengan berpura-pura menjadi mentor, sahabat, atau sosok yang bersedia jadi pelindung. Pelaku akan mengikat korban dengan hubungan emosional agar korban merasa dihargai dan dicintai.
Dalam upayanya untuk menarik korban mendekat padanya, pelaku grooming juga bisa memberikan hadiah. Anak yang menjadi korban mungkin akan diberikan hadiah baik itu uang atau fasilitas mewah agar merasa berhutang budi. Perasaan hutang budi karena hadiah itu nantinya akan dipakai untuk menekan korban agar menuruti permintaan pelaku.
Pelaku child grooming juga akan berusaha untuk memisahkan korban dari lingkungan di mana mereka harusnya berada. Pelaku akan berusaha menjauhkan korban dari keluarga dan teman-temannya. Caranya, pelaku bisa saja memanipulasi korban agar percaya bahwa keluarga dan teman-temannya tidak benar-benar peduli padanya dan hanya dirinyalah yang tulus peduli padanya.
Menormalisasi perilaku tidak pantas juga menjadi salah satu modus dari pelaku child grooming. Artinya pelaku secara bertahap mengenalkan korban pada tindakan yang tidak pantas dan membuat mereka percaya jika itu adalah normal dan bagian dari kasih sayang.
Ancaman atau Rasa Bersalah menjadi modus selanjutnya yang pelaku gunakan untuk menakuti korban agar tidak berbicara kepada orang lain. Misalnya dengan mengancam akan menyebarkan foto atau informasi pribadi korban jika tidak menuruti kemauan mereka.
Semua modus tadi begitu intens sehingga korban yang masih anak-anak jelas tidak akan mudah untuk bisa lepas dari modus yang dilakukan pelaku.
Dampak Child Grooming pada Korban
Bayangkan, korban yang masih anak-anak sehingga mental mereka belum sepenuhnya dewasa tapi harus menghadapi berbagai modus tadi? Tentu sudah jelas akan ada dampak besar bagi korban terutama dampak psikologis dan emosional.
Korban child grooming kemungkinan besar akan diliputi rasa bersalah, malu, kehilangan kepercayaan diri, depresi, kecemasan, atau PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder), kesulitan membangun hubungan yang sehat di masa depan, hingga menjadi ketergantungan emosional pada pelaku yang bisa berlangsung bertahun-tahun.
Hal ini pula yang dicemaskan telah dialami oleh mendiang Kim Sae Ron. Sebelum usianya 15 tahun saat dia dirumorkan mulai berpacaran dengan Kim Soo Hyun, Kim Sae Ron adalah artis cilik dengan karier gemilang.
Namun, ketika bergabung dengan agensi Kim Soo Hyun banyak netizen yang menyebut jika Kim Sae Ron tak lagi terlalu bersinar, karena hanya sedikit mendapat proyek.
Cara Mencegah Child Grooming
Meski mengerikan dan dampaknya begitu besar, child grooming bisa dicegah. Namun, pencegahan child grooming membutuhkan kerjasama dari banyak pihak. Secara kolektif orang tua, guru, dan masyarakat bisa menjadi agen pencegahan terhadap perilaku child grooming.
Ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mencegah Child Grooming yang bisa dijadikan pertimbangan.
Edukasi Seksual Sejak Dini
Orang tua harus mengajarkan anak tentang batasan tubuh dan hak mereka atas tubuh sendiri. Jelaskan bahwa tidak ada orang yang boleh meminta mereka untuk merahasiakan sesuatu yang membuat mereka tidak nyaman terutama jika rahasia itu menyangkut isu seksual.
Bangun Komunikasi yang Terbuka
Komunikasi terbuka dengan anak adalah kunci sehingga orang tua harus mendorong anak untuk berbicara jika ada seseorang yang membuat mereka merasa tidak nyaman. Tapi perlu diingat bahwa orang tua tidak boleh menghakimi atau menyalahkan anak ketika mereka menceritakan sesuatu yang mencurigakan.
Awasi Aktivitas Online Anak
Pantau dengan siapa anak berkomunikasi di internet. Gunakan fitur kontrol orang tua untuk membatasi akses ke platform yang berisiko.
Kenali Tanda-tanda Grooming
Orang tua wajib mengenali tanda-tanda grooming. Anak yang mengalami grooming mungkin menjadi lebih tertutup atau perilakunya berubah. Jika ada tanda ini, maka orang tua wajib curiga dan mencari tahu apa yang terjadi. Lalu jika anak menerima hadiah atau uang dari seseorang yang mencurigakan, segera selidiki asal-usulnya.
Perlu ditekankan bahwa Child grooming bukanlah cinta atau bentuk perhatian yang tulus, melainkan manipulasi yang bertujuan untuk mengeksploitasi anak-anak.
Masyarakat harus lebih waspada dan proaktif dalam mengenali tanda-tanda grooming serta mengambil langkah pencegahan agar anak-anak dapat tumbuh dalam lingkungan yang aman dan sehat. Dengan edukasi, komunikasi, dan tindakan yang tepat, kita bisa melindungi anak-anak dari bahaya ini.
Jangan sampai masa depan mereka rusak karena ulah pelaku grooming yang manipulatif.